Memulai Kembali

Tuesday, 16 July 2019

Bandung, 16 Juli 2019

Tidak terasa sudah 4 tahun 4 bulan kurang 2 hari blog ini sepi tanpa cerita.
Banyak yang terjadi, banyak yang pergi, banyak yang datang, banyak hal terjadi.
Tiba2x ingin memulai kembali melangkah, bercerita, berbagi, semoga dapat mulai melangkah perlahan tapi konsisten.

-blimp journey-

Wednesday, 18 March 2015
Tradisi Camino de Santiago
tradisi iman, alasan untuk "berjalan"
(Sumber : Camino de Santiago : Ziarah Penuh Berkat ke Makam Rasul Yakobus, Ign. Elis Handoko SCJ)

Dalam buku Camino de Santiago : Ziarah Penuh Berkat ke Makam Rasul Yakobus, Pastor Elis Handoko menceritakan perjalanan Camino de Santiago sebagai sebuah perjalanan iman bagi umat Katolik yang bermula dari penemuan makam Santo Yakobus Rasul di Santiago de Compostela, Spanyol pada tahun 813. Kota Santiago de Compostela seringkali disebut sebagai kota suci Kristen ketiga sesudah Yerusalem dan Roma.

Sejak tersiarnya kabar penemuan makam Santo Yakobus dan keyakinan akan mukjizat kepahlawanan Yakobus, para bangsawan mendukung pembangunan gereja di tempat itu yang terwujud dengan mulai dibangunnya Katedral dengan corak peziarahan internasional pada akhir abad XII. Tradisi ziarah ke Santiago de Compostela ini juga didukung oleh negara-negara Eropa tetangga Spanyol dengan membangun ratusan gereja, kapel, penginapan dan fasilitas-fasilitas bagi para peziarah di sepanjang rute menuju makam Santo Yakobus tersebut.

Pada abad XII di masa keemasan tradisi ziarah Camino de Santiago, untuk mendukung antusiasme ziarah umat, telah diterbitkan buku Liber Sancti Jacobi (Buku Santo Yakobus) yang juga dikenal dengan Codex Calixtinus. Buku ini berisikan kumpulan hal-hal yang berkaitan dengan perayaan liturgis, mukjizat, serta panduan perjalanan menuju makam Santo Yakobus.

Rute Camino sekarang sudah berkembang  dengan banyak pilihan awal mula perjalanan (Madrid, Valencia, Prancis, Portugal, dll) yang kesemua rute itu hanya memiliki satu tujuan, yaitu Santiago de Compostela, makam Santo Yakobus yang berada di dalam Katedral Santiago de Compostela. Camino bisa dilakukan secara pribadi maupun berkelompok, dengan berjalan kaki, bersepeda, maupun berkuda. 

Credencial del Peregrino (paspor peziarah) merupakan dokumen penjamin yang dapat kita peroleh di titik-titik keberangkatan camino. Paspor peziarah ini sebagai dokumen tanda pengenal peziarah sebagai orang yang berhak mendapatkan pelayanan publik-gerejani sepanjang rute perjalanan. Di setiap tempat yang menyajikan pelayanan publik-gerejani menyediakan stempel untuk diterakan pada Credencial sebagai tanda telah singgah. Pada akhir perjalanan dengan Credencial itu pula peziarah bisa meminta sertifikat (compostela) di kantor pelayanan resmi bagi peziarah di Santiago.

Dalam bukunya Pastor Elis juga membagikan informasi-informasi penting yang harus dipersiapkan untuk menjalani Camino ini. Pada buku ini juga diceritakan kisah perjalanan ziarah teman-teman yang berjumpa di perjalanan.

Salah satu buku yang menginspirasi untuk mewujudkan mimpi "Walk in Camino"





Dream Travel 2015

Thursday, 29 January 2015

Dream Walk in Camino

Berawal dari acara NoBar Film The Way (Martin Sheen, 2010) Jumat, 18 November 2011 bersama teman-teman OMK Katedral. Terpesona dengan pemandangan alam sepanjang jalan Camino dan keinginan melakukan traveling yang tidak biasa, ya tidak biasalah, jalan kaki gitu loh, berhari-hari pula. mulailah hunting data tentang Camino The Santiago.

Salah satu web travel yang menarik adalah http://www.pergidulu.com/travel/europe-travel/camino-de-santiago-de-compostela/ yang menceritakan pengalaman Day by Day selama perjalanan Camino yang dijalani. Wuiihh makin deh pengen banget pergi. Berhubung pergi sendirian untuk waktu yang lama kayanya ngak mungkin dapet ijin dari ortu, jadi dimulailah proyek menyebar virus “camino” ke temen-temen yang sekiranya tertarik.

Akhirnya terbentuk grup diskusi yang beranggotakan 4 orang yang berminat untuk camino ini. Di grup ini kami masing-masing share data camino yang kami punya. Mulai dari isi ransel, cara menyusun ransel, pilihan rute, persiapan, dan budget yang harus dipersiapkan, dan tentunya start berhemat demi menambah jumlah angka tabungan.

Salah satu hal yang juga kami persiapkan adalah mulai belajar bahasa Spanyol dan memperlancar bahasa Inggris kami, karena selain menikmati perjalanan ziarah, saya juga ingin banyak berinteraksi, mendengar banyak cerita dari sesama peziarah maupun penduduk daerah yang kami lewati. Kami ber-4 juga sama-sama menyukai travelling dan fotografi karena itu perjalanan yang kami rencanakan tentunya perjalanan yang kami ingin abadikan dalam foto.

Akhir 2013 walaupun tanggal pasti kami akan pergi belum ada tapi pencarian data dan diskusi camino ini terus berlanjut. Salah satu hasil pencarian, saya menemukan buku Camino De Santiago, Ziarah Penuh Berkat ke Makam Rasul Yakobus, karangan Pastor Ign. Elis Handoko SCJ., yang menceritakan perjalanan camino nya selama 15 hari, sungguh cerita camino religious yang membuat saya ingin menjalaninya. Terlebih dari buku Pst Elis, saya baru tahu ternyata camino way ini merupakan salah satu tradisi ziarah St. Yakobus Rasul.

              Pertengahan 2014 karena banyak yang bertanya tentang Camino, termasuk saya salah satunya, Pst. Elis juga membuat grup diskusi berbagi Camino Santiago di facebook, duh makin deh pengen pergi. Saking pengennya salah satu teman saat berlibur ke pantai sengaja mencari kerang yang akan dia bawa nanti saat camino.

               Keindahan alam yang diperlihatkan di web http://www.pergidulu.com/travel/europe-travel/camino-de-santiago-de-compostela/ dan kisah inspirasi dari buku Camino karangan Pst. Elis membuat saya sungguh rindu untuk menjalani camino. Semoga impian kami untuk ber-Camino dapat terwujud di tahun 2015 ini.

Curug MALELA 31.01.10

Wednesday, 28 January 2015
Bandung, 31 January 2010


Cerita lama banget . . . . . . .
Berawal dari tayangan tv + ulasan koran tentang suatu curug
yang katanya BAGUS banget dan masih alami.
Lagi bosan juga dengan rutinitas.
Mencoba mengajak beberapa teman pergi mencari suasana baru.
Kebetulan seorang teman yang pernah kesana memberikan video curug tersebut.
Telpon sana sini. Hanya 1 teman yang tertarik, itupun kami sama2x buta lokasi.
Hanya berbekal sms seorang teman bahwa Curug Malela terletak di 
Kampung Manglid, Desa Cicadas, Kec. Rongga, Kab. Bandung Barat.
Pagi itu pk 06.00 motor ku sudah siap menjemput temanku itu.
"Jadi gimana nih ? terus saja ? kalopun ngak nemu, yah itung2x jalan2x ?"
Kali ini aku menjadi penumpang saja n_n
Tujuan awal.... berdasarkan petunjuk tujuan awal kami adalah cimahi, batujajar, cililin.
Sampai di daerah ini masih mudah mencari daerahnya.
Nah, kebingungan dan rutinitas bertanya (yang entah berapa kali kami lakukan) 

dimulai dari daerah cililin.
Ntah berapa banyak kami bertanya akhirnya sampai juga
ke daerah kebun teh yang merupakan pintu masuk menuju daerah curug Malela.
Jalan yang rusak parah membuat kami memarkir motor di rumah penduduk
sekitar 2 km sebelum jalan setapak.
Setelah sekitar 5 menit ber-ojeg ria kami sampai di ujung jalan setapak
yang harus kami lalui untuk sampai ke air terjun curug Malela.
Dari atas sudah tampak air terjun besar yang akan kami tuju dan
beberapa air terjun kecil disekeliling yang menurut penduduk setempat belum dapat dicapai.
Setelah sekitar 1 jam berjalan di jalan setapak yang terus turun dengan curam,
kami sampai di depan air terjun tersebut,
Wow amazing, keren, rasa cape bertanya dan berjalan hilang sekejap.
Kami sampai di depan air terjun sekitar pk 12.00 siang,
karena sudah diperingatkan oleh warga kalau siang biasanya hujan
dan akan sulit nntuk naik, sekitar pk 13.00 kami sudah berjuang naik.
Dan ternyata jalan naik sangat menantang karena jalan setapak menurun
yang tadi kami lalui sekarang harus kami lalui kembali dengan menanjak,
seringkali kami harus menjadikan akar pohon sebagai tali untuk naik.
Setelah berjuang sekitar 1 jam akhirnya sampai juga kembali di atas,
berfoto ria untuk terakhir kali dari atas, kami kembali naik ojeg
ke rumah penduduk tempat titip motor dan langsung pulang, ditemani hujan kembali.
Penat, kehujanan, kami sampai rumah sekitar pk 17.00
tapi petualangan singkat sehari tersebut merupakan obat Bosan yang ampuh.







Perjalanan Pasir Hadiah

Sunday, 17 July 2011


"Ternyata pasir yang dipakai dalam lomba tersebut adalah pasir kenang2x an yang berisi doa yang kami persembahkan pada perayaan 40 th Imamat pastor loh, dan ternyata orang yang memainkan alat musik tersebut, juga adalah orang yang menyusun pasir hadiah tersebut"


Kejadian tersebut terjadi pada teman2x lingkungan yang tampil dalam perlombaan jingle mewakili paroki. Awal mula alat musik yang dipakai adalah botol yang berisi beras, pada latihan kesekian kali botol tersebut tertinggal entah dimana dan kami meminta pastor pembimbing untuk mengisi botol yang ada dengan beras dari pastoran. Lama dia mencari dan ternyata keluar dengan botol berisi pasir, "beras nya ngak ada", setelah dicoba ternyata bunyi pasir juga menarik kok, dan akhirnya sang pasirlah yang mengantar teman2x berlomba di semifinal dan final, akhirnya didapatlah juara 2. Asal usul pasir tersebut kami ketahui saat kami berkumpul kembali untuk merayakannya, pastor pembimbing kami bercerita kalau pasir tersebut dia ambil dari antara hadiah persembahan lingkungan pada perayaan 40 th imamat pastor paroki kami, ketua lingkungan langsung berkata "itu pasir hadiah dari lingkungan kami loh, dan orang yang menyusun pasir tersebut adalah orang yang memainkannya saat lomba"
Pasir tersebut adalah bagian dari hadiah lingkungan yang disertai doa yang dipersembahkan pada perayaan 40 th imamat, pasir yang sama yang menemani teman2x dalam perlombaan, pasir yang disertai doa, pasir hiasan yang dibuat dengan sepenuh hati ternyata kembali di pakai oleh yang membuatnya untuk hal lain yang juga berharga, suatu kesempatan dalam kebersamaan, mengikuti suatu perlombaan yang makin mendekatkan mudika lingkungan dan menambah pengalaman. Sungguh suatu hal kecil yang menggembirakan untuk diketahui, pasir hias yang berisi doa tersebut dapat berguna dan menimbulkan kenangan indah yang tidak terlupakan.

Just Refleksi

Saturday, 9 July 2011
Beberapa bulan ini, setelah terlibat dalam suatu acara.
Mencoba merefleksikan beberapa pertanyaan, antara lain :
1. Sebegitu pentingkah suatu gelar kemenangan dan piala bila dibandingkan dengan kebersamaan ?
2. Apakah sebegitu pentingnya mendapatkan kemenangan, walaupun akibatnya menimbulkan permusuhan ?
3. Sebegitu sulitkah mengakui orang lain atau kelompok lain lebih baik dan memang pantas mendapatkan gelar juara tersebut ?
4. Suatu perlombaan yang diikuti tanpa dibebani keharusan untuk menjadi seorang pemenang tapi diikuti karena keinginan untuk berpartisipasi dan memberikan yang terbaik yang dipunya, lebih menghasilkan sesuatu yang baik.
5. Niat untuk memenangkan suatu kompetisi sebagai target, baik agar memacu kita giat berlatih. Tapi bila Kemenangan itu sendiri menjadi suatu tujuan yang dipaksakan untuk harus diwujudkan dengan cara apapun, bukankah hal tersebut menjadikan kemenangan yang didapat sia2x ?
6. Janji dan kesanggupan melakukan sesuatu hendaknya dipikirkan dengan baik saat seseorang mengatakannya, jangan karena tidak mau menimbulkan keributan maka segalanya dikatakan sudah beres, sudah ok dan sudah dapat ditangani dengan baik. Karena lebih baik tidak menjanjikan kesanggupan yang indah di awal tapi pada kenyataannya mengecewakan.
7. Tugas dan tanggungjawab yang dipercayakan hendaknya dilakukan sebaik mungkin, dengan siapapun hal tersebut berhubungan, dengan musuh kita sekalipun.
8. Apakah lebih baik menutup mata pada semua kekacauan yang terjadi, ataukah lebih baik mencoba membantu memperbaiki dengan resiko menjadi orang yang tidak disukai karena dianggap mencampuri ?
9. Apakah lebih baik tidak peduli pada sesuatu yang kita tahu hal tersebut belum selesai ?
10. Apakah lebih baik menutup mulut untuk mengingatkan daripada dianggap cerewet ?
11. Hal positif dari segalanya adalah melatih kesabaran dan dapat lebih mengenal siapa saja yang dapat saya percaya dengan apa yang dikatakan dan kesanggupan mengerjakan apa yang dia katakan.
Semua ini hanya suatu refleksi pribadi . . . . . . .

God's Plan 4 My Life is Simple

Monday, 30 May 2011


Dibalik suatu peristiwa dan kejadian, baik maupun buruk, menggembirakan maupun menyedihkan, pasti ada sesuatu yang kita dapatkan untuk pertumbuhan kita. Beberapa hari ini, ada kejadian yang membuatku kembali teringat akan hal tersebut. Aku mencoba kembali melihat masa lalu, agar keyakinan bahwa apapun yang terjadi pasti ada maknanya.

Kembali teringat masa kecil, dimana aku harus mampu beradaptasi di daerah baru dan budaya yang baru. Waktu itu aku hanya berpikir, kenapa sih harus pindah, tapi sekarang karena proses itulah aku mendapat banyak pengalaman.

Di saat aku gagal masuk sekolah yang aku inginkan, terdampar di sekolah baru, dengan suasana yang asing, yang pernah membuatku bertekad meminta pindah pada semester berikutnya. Tapi justru di sekolah itulah, aku mendapat kesempatan mengenal kesenangan mempelajari banyak hal, kesempatan berperan dalam berbagai organisasi, yang belum tentu aku dapatkan bila aku masuk ke sekolah yang dulu aku inginkan.

Saat SMA, saat-saat aku tidak dapat beraktifitas dengan leluasa karena asma yang
sangat mengganggu, saat-saat dimana mimpi dan rencana yang aku ingin jalankan harus kandas karena keterbatasan kesehatan, tapi disaat itulah kecintaan aku akan buku tumbuh dengan pesat, hampir semua jenis dan ragam buku aku lahap demi mengusir kebosanan, membunuh waktu saat tubuh ini tidak mampu beraktifitas. Dari bukulah aku dapat merasakan dan melihat hal-hal yang luar biasa. Saat-saat aktifitas luar yang dulu sangat sering kulakukan menjadi hal yang susah untuk dilakukan, saat itulah aku berkenalan dengan banyak pengetahuan dan aktifitas lain yang ternyata tidak kalah menariknya. Bertemu teman-teman baru dalam aktifitas baru, sangat menyenangkan.

Kuliah di jurusan pilihan kedua, yang awalnya sempat membuatku kecewa, ternyata justru apa yang aku dapatkan lebih sesuai dan menyenangkan. Bertemu teman-teman baru yang kuliah dengan tujuan cepat bekerja atau bahkan sambil bekerja, teman-teman lintas agama dan daerah. disitulah aku belajar agar dapat lebih mengenal dan bertoleransi.

Saat-saat kuliah lanjutan di kelas karyawan, di kampus baru yang sangat berbeda dari kampus saat aku D3, aku jumpai teman-teman yang serius mempersiapkan tujuan hidup mereka, walaupun awalnya aku kecewa dengan sistem yang tidak baik, tapi dari kekacauan tersebut aku belajar mengatasi berbagai hambatan yang membuatku siap saat bekerja. Saat penjurusan akhir aku coba mewujudkan idealisme dengan memilih mata kuliah sesuai minat, disitu aku bertemu dengan dosen-dosen dan teman-teman kelas yang membuatku kagum, mereka berani mengambil topik yang baru, berbeda dan menantang dan menunjukkan kerja keras mereka. Sungguh kelas materi yang "Kenapa Harus Takut Bila Berbeda ?" Di kelas ini aku belajar banyak hal dari mereka yang berusaha melakukan bukan sekedar demi nilai tapi demi proses dan pengetahuan sesungguhnya.

Di saat menunggu pekerjaan yang tidak kunjung datang, aku berkesempatan ikut suatu acara yang kembali mempertemukan aku dengan orang-orang yang berkomitmen pada apa yang mereka lakukan. Saat bekerja, aku belajar melatih kesabaran menghadapi banyak orang yang seringkali membuat geram dengan tingkah mereka. Tapi disitu aku belajar "bahwa setiap orang diciptakan Tuhan sangat unik", disitu aku belajar "tirulah hal positif nya saja, setiap orang punya hal tersebut, walaupun dia musuh mu sendiri"

Saat ini, ditengah kejenuhan dan kesibukan serta masalah. Aku yakin rencana Tuhan akan indah pada waktu-Nya. Semoga aku tidak kalah oleh rasa jenuh dan putus asa, smoga cobaan yang diberikan padaku dapat kutanggung di dalam Dia, Tuhan yang selalu menopangku. s'moga Tuhan memberi kekuatan dan kebijaksanaan untuk melihat sisi positif dari segalanya, dan menjadikanku tetap percaya bahwa Tuhan punya rencana yang indah bagi apapun yang terjadi pada diriku dan sekelilingku. Smoga setiap peristiwa dan perjumpaan, menjadikanku dewasa dan bertumbuh dalam Dia, sehingga bila saat-Nya tiba nanti aku berkenan, walau hanya duduk di teras rumah Tuhan.