Perjalanan Pasir Hadiah

Sunday 17 July 2011


"Ternyata pasir yang dipakai dalam lomba tersebut adalah pasir kenang2x an yang berisi doa yang kami persembahkan pada perayaan 40 th Imamat pastor loh, dan ternyata orang yang memainkan alat musik tersebut, juga adalah orang yang menyusun pasir hadiah tersebut"


Kejadian tersebut terjadi pada teman2x lingkungan yang tampil dalam perlombaan jingle mewakili paroki. Awal mula alat musik yang dipakai adalah botol yang berisi beras, pada latihan kesekian kali botol tersebut tertinggal entah dimana dan kami meminta pastor pembimbing untuk mengisi botol yang ada dengan beras dari pastoran. Lama dia mencari dan ternyata keluar dengan botol berisi pasir, "beras nya ngak ada", setelah dicoba ternyata bunyi pasir juga menarik kok, dan akhirnya sang pasirlah yang mengantar teman2x berlomba di semifinal dan final, akhirnya didapatlah juara 2. Asal usul pasir tersebut kami ketahui saat kami berkumpul kembali untuk merayakannya, pastor pembimbing kami bercerita kalau pasir tersebut dia ambil dari antara hadiah persembahan lingkungan pada perayaan 40 th imamat pastor paroki kami, ketua lingkungan langsung berkata "itu pasir hadiah dari lingkungan kami loh, dan orang yang menyusun pasir tersebut adalah orang yang memainkannya saat lomba"
Pasir tersebut adalah bagian dari hadiah lingkungan yang disertai doa yang dipersembahkan pada perayaan 40 th imamat, pasir yang sama yang menemani teman2x dalam perlombaan, pasir yang disertai doa, pasir hiasan yang dibuat dengan sepenuh hati ternyata kembali di pakai oleh yang membuatnya untuk hal lain yang juga berharga, suatu kesempatan dalam kebersamaan, mengikuti suatu perlombaan yang makin mendekatkan mudika lingkungan dan menambah pengalaman. Sungguh suatu hal kecil yang menggembirakan untuk diketahui, pasir hias yang berisi doa tersebut dapat berguna dan menimbulkan kenangan indah yang tidak terlupakan.

Just Refleksi

Saturday 9 July 2011
Beberapa bulan ini, setelah terlibat dalam suatu acara.
Mencoba merefleksikan beberapa pertanyaan, antara lain :
1. Sebegitu pentingkah suatu gelar kemenangan dan piala bila dibandingkan dengan kebersamaan ?
2. Apakah sebegitu pentingnya mendapatkan kemenangan, walaupun akibatnya menimbulkan permusuhan ?
3. Sebegitu sulitkah mengakui orang lain atau kelompok lain lebih baik dan memang pantas mendapatkan gelar juara tersebut ?
4. Suatu perlombaan yang diikuti tanpa dibebani keharusan untuk menjadi seorang pemenang tapi diikuti karena keinginan untuk berpartisipasi dan memberikan yang terbaik yang dipunya, lebih menghasilkan sesuatu yang baik.
5. Niat untuk memenangkan suatu kompetisi sebagai target, baik agar memacu kita giat berlatih. Tapi bila Kemenangan itu sendiri menjadi suatu tujuan yang dipaksakan untuk harus diwujudkan dengan cara apapun, bukankah hal tersebut menjadikan kemenangan yang didapat sia2x ?
6. Janji dan kesanggupan melakukan sesuatu hendaknya dipikirkan dengan baik saat seseorang mengatakannya, jangan karena tidak mau menimbulkan keributan maka segalanya dikatakan sudah beres, sudah ok dan sudah dapat ditangani dengan baik. Karena lebih baik tidak menjanjikan kesanggupan yang indah di awal tapi pada kenyataannya mengecewakan.
7. Tugas dan tanggungjawab yang dipercayakan hendaknya dilakukan sebaik mungkin, dengan siapapun hal tersebut berhubungan, dengan musuh kita sekalipun.
8. Apakah lebih baik menutup mata pada semua kekacauan yang terjadi, ataukah lebih baik mencoba membantu memperbaiki dengan resiko menjadi orang yang tidak disukai karena dianggap mencampuri ?
9. Apakah lebih baik tidak peduli pada sesuatu yang kita tahu hal tersebut belum selesai ?
10. Apakah lebih baik menutup mulut untuk mengingatkan daripada dianggap cerewet ?
11. Hal positif dari segalanya adalah melatih kesabaran dan dapat lebih mengenal siapa saja yang dapat saya percaya dengan apa yang dikatakan dan kesanggupan mengerjakan apa yang dia katakan.
Semua ini hanya suatu refleksi pribadi . . . . . . .